Kamis, 02 Juli 2015

Ini Hati Bukan Dapur.

4 Tahun bukan waktu yang sebentar untuk tahu tentang seseorang. Untuk kenal dengan seseorang, Untuk dekat dan ada di bagian hidupnya. Banyak memori, kenangan, kisah dalam kurun waktu tersebut. 

Saat semuanya harus berakhir ga mungkin ngga ada kepedihan, kesakitan, kekecewaan. Sebagai seseorang yang ada dalam kondisi tersebut, mau ngga mau, suka ngga suka, siap ngga siap akan muncul kewajiban untuk membereskan hati yang berantakan ga karuan itu. 

Ngeberesin hati yang ditinggal begitu saja dan ditinggal dengan keadaan berantakan adalah PR. PR paling sulit yang mungkin harus dikerjakan sepanjang hidup. Setahun lebih bolak balik beresin dan ngobatin hati cukup membuat dewasa dan paham arti  life shit happens yang sebenarnya.  

Banyak yang nyoba untuk mungkin masuk lagi dan bertamu ke dalam. Tapi sepertinya si empunya hati blum siap untuk kedatangan tamu baru karena belum siap liat "rumah"nya di singgahi lagi.

Sampai akhirnya seiring berjalannya waktu, "rumah " itu terasa kosong, dan si empunya merasa butuh kehadiran orang lain mengisi hari harinya. 
 
Dalam penantian muncul seseorang yang sepertinya mencoba untuk benar benar masuk dan tinggal untuk waktu yang lama. Sempat timbul keraguan apa benar orang ini benar -benar berniat untuk tinggal tetap, atau jangan jangan hanya tamu yang cuma numpang istirahat. 

Sepertinya seseorang ini punya kharisma tersendiri untuk meluluhkan si tuan rumah. Bermain dengan segala yang dimiliki si empunya. Mengeluarkan kembali apa yang sudah dibungkus rapih oleh si empunya. Pelan-pelan, si tuan rumah mulai mencoba menerima kehadirannya. Mulai mencoba untuk memberikan ruang lebih. Mencoba memberikan perhatian lebih. Menyuguhkan yang terbaik yang ada padanya.

Namun, sepertinya seseorang ini memilih untuk hanya bertamu, bukan menetap. Hanya menjadi angin penyejuk, bukan matahari atau bintang. Karena setelah menerima suguhan dari tuan rumah, dia keluar dan lalu menghilang. Tidak meninggalkan kata, tidak meninggalkan pesan. 

Kasihan si tuan rumah, kini harus kembali membereskan kembali "ruangan" yang mulai terlihat berantakan lagi. 

Sambil sibuk membereskan ia pun bergumam dengan sedikit keluhan "Kalo cuma mau mampir, ga usah berantakin, ini hati bukan dapur!"