Minggu, 16 November 2014

Antara Halte Bundaran HI dan Gue.


22 September 2014 yang lalu halte dan Jembatan Penyebrangan Orang Bundaran HI dirobohkan diganti dengan yang baru tanpa halte Transjakarta, hanya Jembatan Penyebrangan Orang saja dan posisinya agak geser ke depan Plasa Indonesia setelah lampu merah. 

Halte Bundaran HI ini punya moment yang spesial buat gue. Kenapa spesial?
Karena
:
1. Disitu pertama kalinya gue naik Transjakarta untuk kerja kantoran setelah sekian lama gue ngajar di sekolahan.
2. I met some new friends, karena suka bareng nunggu Transjakarta  Monas –Ragunan tiap pulang kerja.  Punya cerita dan pengalaman baru ketemu orang-orang kantoran yang tsakep tsakep.. uwuwuuwuw…. :’>
3. Halte itu adalah saksi bisu kisah bisu gue dan si Buncit indah. Hehehehe..

Halte Bundaran HI yang pertama.
Sumber gambar


Iya, Buncit Indah.. (Detailnya boleh diliat di sini.) Buncit Indah yang secara ga langsung menyembuhkan luka di hati gue dari 'seseorang' yang pernah sangat nempel di hati gue.
I saw Buncit Indah every day for more than 1 year. Gue sampe hapal, baju dia apa aja. Sepatu dia apa aja. Tas dia apa aja.  I am totally crazy about him. Buncit Indah yang tidak pernah buncit. Karena memang terbukti badannya bagus! Hkhkhkh.. Buncit Indah yang ga pernah gue tau nama aslinya, karena emang ga pernah kenalan dan ga berani untuk kenalan. Secret admirer! Hahaha..

Di halte Bundaran HI itu, pertama kalinya gue liat Buncit Indah saat pulang kantor. Gue pikir hanya antri bareng, ternyata dia naik Transjakarta rute yang sama. Monas-Ragunan.  Sejak itu, jadi sering ketemu dan antri TJ bareng.
Di halte Bundaran HI itu, gue berantem via Whatsapp sama 'seseorang' tersebut, dan mengungkapkan segala kekesalan, kesakit-hatian gue, kekecewaan gue, sama dia. Ya, agak aneh sih via whatsapp, but well.. my folks.

Di halte Bundaran HI itu, gue bisa untuk pelan pelan menyembuhkan luka hati gue dari 'seseorang' itu lewat lagu yang gue denger di MP3 player sambil nunggu TJ. Juga karena terhibur saat ngeliat Buncit Indah. Ya, macem ada pengalihan lah.

Di halte Bundaran HI itu, gue punya bahan untuk ngetwit mulai dari cerita ttg  egoisnya pengguna jalan di Ibukota ini sampe ngeliat kumpulan orang demo di Bundaran HI pagi dan sore. Selain itu, karena seringnya nongkrong (baca: nunggu bis) di halte Bundaran HI  ngeliat orang lalu lalang sambil denger lagu lagu lewat MP3 saat lagu Tulus lagi hits hits nya,  jadinya sampai sekarang  setiap kali gue dengar lagu Tulus di album pertamanya, memori pikiran gue langsung otomatis ke play ke masa masa gue turun dan naik Transjakarta di halte tersebut saat kerja di daerah Thamrin.
Mungkin karena sugesti juga, atau entah karena kebetulan ya, lagu lagu Tulus di album pertamanya seperti : ‘Teman Hidup’,  ‘Tuan Nona Kesepian’, ‘Jatuh Cinta,’ ‘Sewindu’,  sepertinya menceritakan pengalaman atau ‘ kisah bisu’ gue sama Buncit indah… hahahah.

Nah sekarang tempat kenangan gue itu udah ga ada. Udah dirobohin, untuk proyek Pemprov DKI.  Kalau ditanya apa gue sedih? Iya lah.  Saya seperti ngerasa halte itu punya banyak cerita tentang saya. Gue ngerasa halte itu menyimpan banyak pengalaman dan kisah gue di jantung ibukota Jakarta ini.

Halte Bundaran HI ditutup.
Sumber gambar.

Gue juga udah ga pernah naik/turun di halte Bundaran HI itu sejak awal tahun karena pindah kerja. Gue juga udah ga pernah ketemu buncit indah lagi sejak itu. Pernah sih sekali waktu itu, tapi udah ga ke arah Ragunan lagi seperti biasa, dia ke arah Pulogadung.  Mungkin pindah rumah.

Ya, jadi seiring dirobohkannya Halte Bundaran HI yang lama, maka dengan ini “kisah bisu” gue dengan Buncit Indah pun berakhir.
Semoga mungkin di waktu berikutnya ada kisah baru lain yang menanti atau kisah kisah yang sama namun di tempat yang berbeda… :) 

Jembatan Bundaran HI yang Baru.
Sumber gambar.

Tidak ada komentar :